Lewati 2 Patahan Aktif, Momok Potensi Gempa Sidoarjo-Surabaya

Daerah

KATAJATIM.COM | SURABAYA – Kota Surabaya menurut anggapan kebanyakan orang, steril dari gempa. Namun hasil penelitian ilmiah menunjukkan, mulai dari Kecamatan Waru di Kabupaten Sidoarjo hingga kawasan Jalan Mayjen Sungkono, Surabaya, berpotensi terjadi gempa.

Bahkan dari hasil penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan, sepanjang garis wilayah ini ada potensi gempa sama tingginya dengan wilayah potensial lain.

Pusat Gempa Nasional Kementeriaan Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan bahwa wilayah Surabaya itu dilalui Sesar Kendeng. Yakni patahan bumi yang membentang dari Flores hingga Bandung.

Rekahan atau patahan itu melintang di antaranya melintasi Waru, Mayjen Sungkono, Cerme, Jombang, hingga Nganjuk. Kendeng adalah pusat patahan yang berada di wilayah Nganjuk.

Setiap saat, patahan bumi itu bisa bergerak hingga mengguncangkan permukaan bumi Surabaya. Padahal saat ini banyak gedung bertingkat kebanyakan ada di Surabaya Barat itu.

Pakar Kebumian dan bencana dari Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) Dr Amien Widodo memaparkan hasil awal penelitian yang dilakukan di hadapan DPRD Kota Surabaya.

Menurut Amien, ancaman gempa tersebut nyata. Pasalnya, Kota Surabaya dilalui oleh dua sesar aktif.

Amien Widodo menyebutkan bahwa Surabaya memiliki potensi yang sama dengan daerah lain dalam hal bahaya gempa meski jauh dari gunung apu atau laut selatan Jawa. Amien menyebutkan, pada 1937 tercatat di Surabaya juga pernah gempa bersamaan dengan di Jombang karena satu patahan.

“Sesar ini adalah sesar Surabaya dan sesar Waru. Keduanya ini berpotensi untuk menimbulkan gempa besar. Sampai dengan angka 6,” katanya, beberapa waktu lalu.

Kondisi tanah di Surabaya, menurut Amien juga memiliki potensi untuk turut memperbesar amplitudo gempa yang terjadi. Sabtu, (25/08).

“Salah satu buktinya bisa dilihat dari retaknya Jalan Mayjen Sungkono. Padahal itu jalan beton. Tapi tentu fenomena ini masih kita kaji lebih lanjut,” jelasnya.

“Tes pengeboran akan kami lakukan di beberapa tempat di Surabaya untuk melakukan uji terkait bahaya gempa tersebut,” tambah Amien.

Oleh karena itu, ia mengimbau kepada Pemerintah Kota Surabaya dan Pemprov Jatim segera melakukan penelitian tentang keberadaan kedua sesar tersebut untuk meminimalisir kerusakan serta korban akibat gempa jika terjadi.

“Mestinya kalau ada pemberitahuan harus dilakukan penelitian secara detil untuk mengetahui ada apa tidak,” ungkapnya.

Jika terjadi gempa, kata Amien, kekuatan gempa darat bisa mengakibatkan kerusakan besar terutama untuk gedung-gedung bertingkat. Jika tidak dilakukan penelitian untuk menghitung kekuatan bangunan terhadap gempa, maka kerusakan bisa lebih parah.

“Kalau menurut buku yang diterbitkan, kekuatannya bisa mencapai 6,5 SR,” tambah Amien yang juga Ketua Kelompok Kajian Bencana ITS ini. (arianto)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *