KataJatim.com – Keberhasilan Banyuwangi membuat berbagai inovasi pelayanan pubik, seperti e-village budgeting, smart kampung dan pengembangan pariwisata menarik mahasiswa program pancasarjana beasiswa BAPPENAS Universitas Brawijaya (UB) Malang, untuk belajar ke Banyuwangi.
Sebanyak 10 mahasiswa pascasarjana ilmu ekonomi ini, melakukan study ekskursi tentang sejumlah inovasi Banyuwangi, Jum’at (19/1). Diantaranya, e-planning dan e-budgeting, smart kampung hingga pengembangan sektor pariwisata.
Ketua Progam Studi (Prodi) pascasarjana Ilmu Ekonomi dan Bisinis UB, Devanto Shasta Pratomo, mengatakan, kedatangan para mahasiswa pascasarjana ilmu ekonomi ini, ingin melihat secara nyata aplikasi pemerintahan yang sudah bagus dan kondang dimana-mana. Contohnya, Program e-village budgeting, e-planning dan smart kampung. Sebuah sistem yang mata rantai penyusunan dan pengawasan anggaran sudah dimulai level desa.
“Kalau selama ini hanya teori kami sudah pelajari di kampus. Dengan ke Banyuwangi kami bisa langsung praktek dan bisa mengaplikasikan teori kami. Sehingga mereka bisa link and macth ilmu terkait dan strategi pemkab,” ujarnya.
Apalagi, imbuhnya, mahasiswa pascasarjana beasiswa BAPPENAS ini, para Aparatur Sipil Negara (ASN) dari berbagai daerah di Indonesia. Tentu mereka ingin belajar lebih dalam inovasi-inovasi tersebut. “Selain sebagai ilmu untuk memenuhi program studi, tentulah inovasi Banyuwangi ini bisa diadopsi untuk pengembangan daerah masing-masing saat mereka telah selesai menempuh pendidikan magister,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Data dan Pengendalian Pembangunan, mewakili Kepala Bappeda Kabupaten Banyuwangi, Amir Hidayat, menerima rombongan di Lounge Pelayanan Publik, Pemkab Banyuwangi.
Dikatakan Amir, program E-village budgeting ini merupakan inovasi penganggaran desa yang mengintegrasikan mulai perencanaan, tata kelola, pelaporan, hingga evaluasi dengan memanfaatkan teknologi informasi yang bisa diakses secara luas. Sistem ini menyinergikan keuangan dan pembangunan di tingkat desa dengan kabupaten, sehingga tercipta keselarasan dan tidak bisa ada intervensi program di tengah jalan.
“Melalui sistem ini, kontrol atas pemanfaatan dana desa bisa dilakukan setiap saat tanpa harus datang ke setiap desa. Petugas bisa tahu progress pekerjaan hingga ke pelosok desa. Jadi sistem ini dapat memangkas mata rantai penyusunan dan pengawasan anggaran secara manual di level desa. Ini membuat proses pengawasan menjadi lebih efektif dan efisien,” katanya.
Sejak diterapkan tiga tahun lalu, kata Amir program ini telah menarik perhatian banyak pihak. Berbagai daerah di Indonesia telah bertandang ke Banyuwangi khusus untuk belajar intens tentang sistem pengelolaan keuangan desa tersebut. Bahkan, hingga saat ini sudah ada ratusan daerah yang berkunjung ke Banyuwangi. “Nah inilah yang kami sebut dengan sinergi pariwisata. Dengan mereka berkunjung ke Banyuwangi kami siapkan destinasi pariwisata,” pungkasnya.(jchbn)
.