KataJatim.com – BALI, Pemanfaatan ‘Big Data” untuk pengambilan berbagai kebijakan strategis menjadi penting dilakukan dalam merespons pesatnya perkembangan ekonomi dan keuangan digital.
Dalam kerangka itulah, Bank Indonesia menggandeng Irving Fisher Committee on Central Bank Statistics- Bank of International Settlements (IFC/BIS) menggelar Seminar Internasional Big Data di Nusa Dua, Bali Kamis (25/7/2018).
Seminar menghadirkan pembicara terkemuka lembaga keuangan dunia, bank sentral, akademisi serta praktisi Big Data yang diikuti 200 peserta dari 21 negara.
Seminar yang diinisiasi Bank Indonesia untuk menggagas suatu forum berskala internasional yang dapat menjadi ajang sharing pengalaman dan pengetahuan dalam pemanfaatan Big Data antarpemangku kebijakan dari berbagai negara dan komunitas Big Data di kalangan akademisi dan industri.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Erwin Rijanto mengungkapkan, Big Data dipergunakan untuk menentukan suatu alur terkait “policy making” pengambilan kebijakan pihak terkait.
“Seminar ini, inisiatif BI menggagas forum yang berskala internasional untuk berbagi pengalaman, sharing tentang pemanfaatan Big Data dari berbagai negara sehingga sangat strategis untuk merespons pesatnya perkembangan ekonomi dan digital,” jelas Erwin saat sesi konpersensi pers.
Pemanfaatan teknologi saat ini, di satu sisi untuk memperkuat storage atau database karena semua sudah tersedia dalam Big Data tersebut seiring perkembangan pengetahuan baru komputer dan prosesor yang begitu cepat.
Dengan demikian, maka bisa menutup kesenjangan atau gap, karena tidak adanya suatu data yang misalnya disajikan secara statistik maupun survei yang sangat terikat dengan periode waku tertentu.
“Big Data ini bisa lebih mempercepat, penggunaannya lebih cepat Untuk kepentingan analisis ekonomi dan lainnya,” sambung Erwin.
Apa yang disajikan dalam Big Data itu, mampu memotret perilaku masyarakat, sharing informasi, ini bagian rencana besar yang akan dilakukan dalam pertemuan IMF dan Bank Dunia di Bali.
Pihaknya mengundang para peserta dari bank sentral, pelaku ekonomi lainnya untuk datang mengikuti seminar ini sehingga tidak ragu lagi untuk mengikuti pertemuan IMF dan Bank Dunia pada Oktober mendatang di Nusa Dua.
Dalam kesempatan sama Kepala Departemen Statistik Bank Indonesia Yati Kurniati menambahkan, Bank Indonesia telah mempergunakan Big Data sejak tiga tahun terakhir. Tentunya, dalam pemanfaatannya memerlukan sumber daya dan skill yang mumpuni.
Pemanfaatan teknologi ini secara gratis dilakukan sebelum infrastruktur yang akan disiapkan baik software maupun sumber daya sembari terus meningkatkan kapasitasnya.
“Kita BI membutuhkan sumber data yang telah disiapkan portal-portal Media online dan medsos seperti Job vacancy indeks, agar kita bisa mengakses untuk melihat daerah apakah aktif atau stagnan ekonominya maupun persepsi di masyarakat,” tutur Yati.JCKN