Ajang Bujang Dara Riau, Merupakan Representasi Kebudaayan Melayu

Nasional

KATAJATIM.COM | Pekanbaru – Sekda Provinsi Riau, Ahmad Hijazi mengingatkan, agar para peserta Bujang dan Dara Riau 2018 memegang teguh budaya melayu sebagai landasan pondasi kehidupan.

Hal ini ia sampaikan dalam sambutan malam Grand Final Bujang dan Dara Riau di Gedung Ska Co Ex Pekanbaru. Jumat, (10/08).

“Mengapa budaya. Karena ia adalah sumber segalanya. Era yang terus berubah menjadikan identitas kultural sebagai sebuah keniscayaan. Bangsa yang maju adalah mereka yang tak terlepas dari budaya mereka sendiri,” ujarnya.

Masih kata Hijazi, China, India dan belakangan Korea. Dan sebelumnya Jepang juga sangat menghargai akan kebudayaan mereka, dengan etos kerja yang berbasis pada kultur khas dan sedemikian berkarakter.

“Pada akhirnya budaya lebih dari sekedar identitas karena ia adalah filosofi, spirit dan sekaligus inspirasi. Sebagaimana halnya dengan tunjuk-ajar, ia adalah pedoman,” tandasnya.

Bumi Lancang Kuning yang teramat kita cintai ini lanjut Hijazi, memiliki sejarah peradaban panjang. Kandis dan Padang Candi, Suku Laut, Talang Mamak sampai mufti di era Narasinga.

“Dari sanalah keagungan kultur bertahan memintas zaman. Kita bangga dengan negeri kita, sebesar kebanggaan pada budaya, sebesar percaya diri menempuh hari esok dengan keagungan kultur sendiri,” tukasnya.

Ia juga tak lupa menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Kementerian Pariwisata atas dukungan yang diberikan ke Riau selama ini. 

“Malam ini saya merasa berbahagia, dapat berkumpul dengan kita semua, dan dengan anak-anak kita yang menjadi finalis Bujang Dara. Insya Allah, malam ini, akan dinobatkan Bujang dan Dara Riau 2018,” papar Ahmad Hijazi yang mewakili Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman.

“Saya juga ucapkan selamat kepada para peserta yang telah menjalani proses tak ringan. Perjuangan yang menempa bathin dan lahiriah. Dipastikan tak mudah dalam merindangkan iman dan ilmu,” katanya.

Dengan menempa pikiran, kata dia, artinya adalah menyuburkan pekerti. “Dari sanalah spirit kultur melayu itu. Dari kepintaran yang berlandas moralitas. Kita memang sedang tidak sedang membangun sektor fisik belaka, namun lebih jauh, telah mempondasikan keagungan budaya sebagai penanda.” Imbuhnya.

“Bujang dan Dara Riau yang telah melewati proses penempaan, bukan semata bagian dari kontestan. Ketika lampu pertunjukan sudah redup, panggung usai, maka selanjutnya, seluruh finalis akan kembali ke hadapan publik. Bedanya, kini mereka menyandang status sebagai duta-duta budaya. Menjadi teladan dalam berakal-budi,” imbaunya.

“Representasi dari kemuliaan budaya melayu. Dendang suara merdu. Rindanglah budaya melayu. Kalau tak kita, siapa lagi. Kalau tak sekarang, kapan lagi,” tutupnya.

Red : Arianto


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *