KataJatim.com – Nusa Dua – Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (Finance Ministers & Central Bank Governors’ Meeting /FMCBG) Negara G20 resmi dimulai secara hybrid di Nusa Dua, Bali (15/7). Pertemuan merupakan ketiga FMCBG jalur keuangan (finance track) di bawah Presidensi Indonesia, setelah sebelumnya diselenggarakan Februari 2022 di Jakarta dan April 2022 di Washington D.C..
Pertemuan FMCBG selama dua hari ke depan didahului pertemuan tingkat Deputi (Finance & Central Bank Deputies’ Meeting /FCBD) dilaksanakan secara hybrid 13-14 Juli 2022 di lokasi yang sama. Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara G20 bertujuan mendorong ekonomi global mencapai pemulihan bersama lebih kuat di tengah meningkatnya tantangan semakin mengemuka.
Rangkaian pertemuan ketiga FMCBG.Presidensi G20 Indonesia dihadiri delegasi asing secara fisik dengan jumlah terbesar selama periode Presidensi G20 Indonesia. Secara akumulatif, sebanyak 407 delegasi asing hadir secara fisik di Bali dan 120 delegasi hadir secara virtual. Di samping itu, tercatat 17 Menteri Keuangan¹ dan 11 Gubernur Bank Sentral² hadir secara fisik.
Presidensi G20 Indonesia mengundang Menteri Keuangan Ukraina untuk hadir secara virtual. Kehadiran mayoritas delegasi negara G20, negara terundang (invitees), dan organisasi internasional secara fisik di Bali menunjukkan keseriusan dan komitmen global mendukung mendorong Presidensi G20 Indonesia pada pemulihan ekonomi berkelanjutan.
7 Agenda Prioritas
Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia bersama-sama memimpin pertemuan. Dalam pertemuan ini, para delegasi akan membahas tujuh agenda prioritas maupun legacy pada jalur keuangan yaitu, Pertama Ekonomi Global dan Risikonya, Presidensi G20 Indonesia melanjutkan membahas kondisi perekonomian global terkini dan respons kebijakan pemulihan ekonomi global kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.
Hal ini dilakukan untuk menghadapi tantangan dengan meningkatnya tekanan inflasi, disrupsi rantai pasok global, ketidakseimbangan permintaan (demand) dan ketersediaan penawaran (supply), peningkatan harga komoditas dan energi akibat pandemi COVID-19 serta perang di Ukraina.
Kedua Isu Kesehatan global, yang merumuskan merevitalisasi arsitektur kesehatan global mendukung kesiapsiagaan, pencegahan, dan respons terhadap pandemi di masa datang, dan mendiskusikan pembentukan dana kesehatan multilateral penanganan pandemi terutama memperkuat kolaborasi antara keuangan dan kesehatan. Saat ini, komitmen telah terkumpul sekitar USD 1.1 miliar. Semua negara G20 bahkan beberapa negara non-G20, dan organisasi internasional menyatakan Keuangan dan komitmen kontribusi dana multilateral ini, salah satu hasil kongkrit dari kepemimpinan kuat dari Indonesia sebagai Presidensi G20.
Ketiga terkait Arsitektur keuangan internasional. G20 berupaya mendorong perbaikan pengelolaan utang negara miskin, dan penguatan ketahanan keuangan global jangka panjang antara lain upaya menjaga aliran modal asing berkelanjutan tetap memitigasi risiko terhadap volatilitas aliran modal dan penguatan jaring pengaman keuangan global.
Ke-empat Isu sektor keuangan,. G20 mendiskusikan strategi normalisasi kebijakan mitigasi jangka panjang pandemi (scarring effect) di sektor keuangan serta upaya untuk memperkuat sektor keuangan global melalui pengelolaan risiko dan optimalisasi teknologi dan digitalisasi, serta pengaturan sistem pembayaran lintas batas.dan meningkatkan inklusi keuangan bagi kelompok rentan pemanfaatan digitalisasi.
Ke Lima Keuangan berkelanjutan. Tahun ini Presidensi G20 Indonesia fokus memajukan 3 (tiga) agenda utama, yaitu pengembangan kerangka kerja transisi keuangan (transition finance) dan peningkatan kredibilitas komitmen institusi keuangan terhadap transisi ekonomi hijau, meningkatkan keuangan dengan peningkatan akses dan keterjangkauan instrumen hijau,dan instrumen kebijakan memberikan insentif pembiayaan dan investasi mendukung transisi adil dan terjangkau.
Ke enam Pembangunan infrastruktur ,mendiskusikan pembangunan infrastruktur berkelanjutan, inklusif, mudah diakses, dan terjangkau,meningkatkan keterlibatan sektor swasta dan, Ke tujuh terkait Perpajakan internasional. Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara G20, mendorong perpajakan international dengan memastikan implementasi kesepakatan global di tahun 2021 berupa dua pilar G20/OECD. G20Presidensi G20 Indonesia mendorong hasil konkret berdampak bagi proses pemulihan ekonomi global, dapat recover together, recover stronger. ( Rls )