KataJatim.com – BANYUWANGI – Unsur seni budaya sangat kental dirasakan, saat Banyuwangi menjadi tuan rumah Jambore Daerah pramuka 2019. Total sebanyak 1520 anggota pramuka dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur turut ambil bagian dalam kegiatan yang digelar di Wisata Pinus Songgon, Banyuwangi tersebut.
Aksi puluhan penari gandrung begitu memikat para peserta jambore. Ditambah lagi dengan penampilan drama yang mengisahkan perjuangan masyarakat Banyuwangi saat dijajah Belanda. Aksi para penari yang menari di rerumputan hutan pinus terlihat unik dan menarik. Sehingga mereka berlomba-lomba mengabadikannya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyampaikan rasa terima kasihnya atas terselenggaranya acara tersebut. “Atas nama Pemkab Banyuwangi, kami sampaikan terima kasih. Bagi Banyuwangi, pramuka bukan hanya pelengkap, tapi pramuka adalah hal yang sangat penting,” ujar Anas.
Mengapa pramuka penting, lanjut Anas, karena pramuka mengajarkan banyak skill di dalamnya. “Bahkan di beberapa perusahaan luar negeri, rekrutmen pegawai bukan hanya dari hard skill saja, tapi juga soft skill. Salah satu di antaranya adalah orang yang bisa membangun kerjasama tim. Dan itu diajarkan di pramuka, karena itu kita akan terus mensupport pramuka,” ujarnya.
“Dan hari ini kita saksikan anak-anak juga berkreasi. Mereka tampil memukau dengan menampilkan kesenian daerahnya masing-masing. Saya kira ini bagus untuk menumbuhkan kebanggaan kepada daerahnya,” tandas Anas.
Jambore daerah ini diselenggarakan setiap 5 tahun sekali. Tahun ini Banyuwangi terpilih sebagai tuan rumah. Tema yang diangkat dalam perkemahan akbar ini adalah Pramuka Jatim Generasi Emas Pancasila. Tujuannya mengembangkan pramuka penggalang berkarakter Pancasila.
Para peserta terdiri atas 1064 pramuka penggalang, 152 pramuka berkebutuhan khusus, dan 304 pembina. Total sebanyak 1520 peserta.
Kegiatan ini dikonsep menarik dengan slogan milenial, atraktif, nasionalis, inovatif dan sukses. Terdapat 52 jenis kegiatan. Mulai dari wawasan kebangsaan, seni budaya, keterampilan dan teknologi, dan ketrampilan kepramukaan. Juga ada wirausaha, penanggulangan bencana, kegiatan pramuka berkebutuhan khusus, serta kegiatan pembina pramuka.
Sementara itu, salah satu pembina pramuka berkebutuhan khusus, Ahmad Novian (21) mengaku anak-anak didiknya sangat senang bisa mengikuti kegiatan perkemahan ini.
“Kalau dari sisi semangat sama. Mereka senang bisa ikut jambore daerah ini. Itu artinya mereka bisa mendapatkan teman baru, tambah ilmu dan pengalaman seru. Apalagi bisa bertemu dengan anggota pramuka lainnya dari berbagai kota di Jatim,” jelas pembina pramuka yang mengampu di SMPLB BCD YPAC Jember ini.
Pramuka berkebutuhan khusus yang mengikuti kemah ini rata-rata merupakan tuna wicara sekaligus tuna rungu (B) dan tuna grahita (C). Di dalam masing-masing kontingen terdapat 4 difabel. Dalam perkemahan tersebut, para difabel ini akan mengikuti kegiatan dengan bercampur bersama anak-anak lainnya, ada pula yang khusus difabel. Setiap difabel didampingi satu orang pendamping.
Dalam kesempatan itu, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka menganugerahkan tanda penghargaan kepada Bupati Anas. Tanda penghargaan itu diberikan atas jasanya yang besar terhadap pembinaan dan pengembangan gerakan pramuka di Banyuwangi. (*)