KataJatim.com – Banyuwangi – Sebanyak 120 lebih peneliti, akademisi, dan pakar dari berbagai negara berkumpul di Banyuwangi untuk membahas pengembangan energi terbarukan (renewable resources) di Indonesia. Mereka berasal dari Filipina, Malaysia, Thailand, Myanmar, Vietnam, Kamboja, Jepang, German, hingga Mauritius.
Mereka adalah para peserta International Conference on Renewable Energy Research & Challenge (ICoRER) in conjunction with The 12th Regional Conference on Energy Engineering (RCEneE) 2019 yang digelar dua hari, Selasa-Rabu (12-13/11/2019), di Banyuwangi.
Kegiatan ini digelar oleh Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Fisika, Institut Sepuluh November (ITS) Surabaya, bekerja sama dengan ASEAN University Network (AUN). Sebuah badan yang bertugas membangun dan menjaga jejaring kerjasama antar universitas yang ada di ASEAN dan Jepang.
Selain diikuti puluhan peserta dari berbagai negara ASEAN dan Eropa, kegiatan ini juga menghadirkan sejumlah narasumber Internasional yang merupakan pakar di bidang energi terbarukan (renewable energy). Mereka adalah Dr. Tetsuya Kida dari Universitas Kumamoto Jepang; Dr. Jun Tanimoto; Dr. Rauch, Director of Energy Programme Indonesia/ASEAN; Prof. Shigeru Fujino dari Universitas Kyushu Jepang; Sutijastoto, Kepala Balitbang Kementerian ESDM; serta Ohgaki Hedeaki dari Universitas Kyoto Jepang.
Chairman International Conference on Renewable Energy Research & Challenge (ICoRER), Gunawan Nugroho, mengatakan konferensi internasional ini merupakan wadah bagi para peneliti, akademisi, pakar, dan pelaku industri untuk saling bertemu.
“Di sini, mereka bisa saling bertukar ide dan cara pandang untuk menjalin kerjasama penelitian lebih lanjut dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Mereka akan mencari solusi bersama bagaimana penggunaan energi di masa depan yang lebih hemat, ramah lingkungan, dan lebih efisien,” kata Gunawan.
Konferensi ini, lanjut dia, dibagi menjadi beberapa sesi. Yakni, sesi plenary yang menghadirkan sejumlah nara sumber untuk sharing pengalaman dan hasil research yang telah dilakukan, serta menyampaikan proyeksi mereka tentang energi terbarukan dan rekayasa energi di masa depan. Berikutnya parallel session yang membagi peserta dalam 5 kelompok kecil.
“Kami juga mengundang berbagai pemangku kepentingan dalam simposium untuk membahas dan merumuskan tersedianya sarana untuk mengatasi tantangan terkait energi terbarukan saat ini dan di masa yang akan datang,” imbuhnya.
Gunawan pun menjelaskan alasannya memilih Banyuwangi sebagai lokasi konferensi internasional ini. Menurut Gunawan, Banyuwangi adalah salah satu daerah yang progressnya sangat signifikan di berbagai bidang, khususnya pariwisata. Selain berhasil memoles potensi alam yang dimilikinya, Banyuwangi juga mampu menggaet wisatawan dengan berbagai event yang digelar sepanjang tahun.
“Pariwisata Banyuwangi berkembang pesat. Daerah ini punya banyak destinasi dan event pariwisata berbasis budaya yang mengagumkan. Kami pikir, daerah ini layak diperkenalkan kepada khalayak luas, utamanya wisatawan manca negara. Inilah alasanya kami menggelar kegiatan ini di Banyuwangi. Selain konferensi, kami ingin mengajak peserta untuk mengeksplorasi alam dan budaya Banyuwangi,” urainya.
Secara terpisah, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berterima kasih atas kepercayaan pihak ITS menggelar kegiatan berskala internasional di Banyuwangi. “Terima kasih telah memilih Banyuwangi. Ini kehormatan bagi kami didatangi para peneliti dan pakar energi dari berbagai belahan dunia. Semoga senang di Banyuwangi,” kata Anas.
Sebelumnya, lanjut Anas, dalam beberapa tahun terakhir telah banyak Kementerian/Lembaga pemerintah/swasta yang juga menggelar rapat kerja di Banyuwangi.
“Ini menjadi bukti bahwa Banyuwangi telah berkembang menjadi lokasi wisata MICE (meeting, incentive, conference, dan exhibition) yang cukup diminati di Indonesia,” ujarnya.
Konferensi internasional Sumber Energi Terbarukan ini, memberikan kesan tersendiri bagi para peserta. Salah satunya, Dr. Mattana Santasnachok dari Universitas Burapha, Thailand. Dosen Teknik Kimai ini mengaku senang dengan alam dan kuliner di Banyuwangi.
” Saya senang ikut kegiatan di sini. Daerahnya bersih, makanannya juga enak. saya suka sambalnya, beda dengan di Thailand,” ujarnya. (*)