MANGGARAI TIMUR – April 2019 merupakan momen puncak Demokrasi di Nusantara ini dimana masyarakat Indonesia dan Manggarai Timur khususnya dihadapkan pada satu kesempatan yang sama dan mulia untuk memilih orang-orang Hebat menjadi wakilnya di DPR, DPD, dan DPRD.
Menyongsong moment yang mulia ini partai politik sebagai kontestan Pemilu beramai-ramai membuka dan menerima pendaftaran Calon legislatif. Para Calegpun ramai berdatangan merapat kepartai politik.
Mereka datang dengan Background yang berbeda; ada yang dari pengurus partai itu sendiri, ada yang dari Birokrasi, dari pengusaha, dari pensiunan TNI/Polri, dari kaum Tani, Nelayan dan Buruh. Mereka datang membawah sejumlah tujuan yang tentu berbeda antara satu sama lain.
Promosi diri dan Agitasi politik yang dilakukan via Media Online mulai gencar dilakukan guna mendapatkan simpatik massa. Retorika politik berlahan mulai keluar dari mulut para Caleg. Segudang janjipun pasti sudah mulai disusun dengan olahan kata dan bahasa yang enak dan manis bila didengar.
Masyarakat sebagai pemilih sudah merasa ditantang. Konflik batinpun terjadi karena masalah memilih. Yaaa…memilih merupakan sebuah kata yang sangat akrab bagi kehidupan semua orang karena memilih adalah sesuatu yang melekat dengan eksistensi manusia.
Hidup inipun adalah sebuah pilihan. Ibarat dengan Menikah adalah sebuah konsekwensi logis dari pilihan laki-laki dan perempuan yang saling mencintai. Dengan kata lain, seluruh kehidupan manusia dihadapi dalam keharusan untuk memilih.
Bahkan termasuk tidak memilihpun adalah juga Pilihan. Realita ini berlaku juga untuk tindakan memilih dalam konteks Pemilihan Umum(Pemilu).
Begitu banyak tenaga, waktu, kegiatan, sarana dan modal yang dihabiskan untuk Memilih yang satu ini. Semua masyarakat terlibat, entah pasif atau aktif, entah setuju atau tidak, entah subjek atau objek, dan entah sadar atau tidak.
Pemilu telah menjadi hal yang luar biasa dan mulia dalam ziarah hidup berbangsa dan bernegara. Ada variasi latarbelakang, motivasi, dan kepentingan yang dimiliki setiap warga negara.
Proaktif Masyarakatpun bervariasi dalam Pemilu. Pertama, memilih adalah hak yang melekat dalam diri setiap orang baik sebagai pribadi maupun sebagai warga negara. Gunakan hak itu secara baik dan benar. Jangan mau dibeli dan digadaikan.
Kedua, setiap pemilih perlu menyadari mengapa hak-hak tsb mesti digunakan secara baik dan benar serta bertanggung jawab. Kemajuan suatu daerah, bangsa dan negara ada ditangan pemilih.
Ketiga, setiap keputusan untuk memilih selalu mempunyai akibat bagi keberadaan dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga negara. Salah memilih, perubahan tidak terwujud. Kemajuan tidak akan datang dan kesejahteraan bersama hanya menjadi mimpi tak berujung.
Keempat, untuk itu setiap pemilih harus tahu secara benar dan pasti tentang apa yang dipilihnya dan untuk apa Ia memilih. Kenali partainya, tahu asasnya, tahu visi-misinya, tahu programatik partainya serta tahu arah perjuangannya.
Kelima, jika memilih orang untuk menjadi wakilnya maka pemilih perlu tahu siapa yang dipilih dan untuk apa orang itu dipilih. Kenali orangnya, tahu rekam jejaknya, takar komitmennya. Takar kualitasnya.
Keputusan untuk memilih pada Pemilu 2019 nanti harus bisa membawah pengaruh positif bagi perwujudan kedaulatan segenap rakyat daerah dan bangsa ini. Sehingga cita-cita Proklamasi semakin nyata dialami di daerah dan bangsa ini.
Pemilu bukan sekedar pesta demokrasi. Pemilu merupakan pelaksanaan hak kedaulatan rakyat. Sebab konstitusi sudah menegaskan bahwa kedaulatan tertinggi ada ditangan rakyat. Sekali lagi memilih adalah hak dan bukan kewajiban atau sekedar pesta.
Dalam pemilu 2019 nanti, kita berharap pemilih didaerah dan bangsa ini dapat memilih dengan tidak hanya berdasarkan hati nurani tetapi harus disertai dengan pertimbangan-pertimbangan yang kritis dan rasional.
Mengapa..? Karena memilih berdasarkan hati nurani tidaklah cukup. Hati nurani bisa saja sesat, keliru dan salah. Apalagi ditengah sikap Primordialisme politik yang masih kental seperti sekarang ini.
Untuk itu, pertimbangan kritis rasional dalam memilih sangat diperlukan. Pemilih harus menggunakan akal budi, perasaan dan pikirannya untuk menentukan pilihan.
Dengan kata lain, pilihan kita hendaknya tidak hanya berdasarkan hubungan emosional aze, kae, weta, nara, ema, anak, ndaong ,urang dan sebagainya tetapi orang yang kita pilih itu harus memiliki kemampuan: kapabilitas, integritas, kredibilitas dan Aksestabilitas, selain itu juga dia harus memahami TUPOKSI DPR/DPRD dan DPD.
Jangan sampai memilih Caleg bergaya Eksekutif. Juga hati-hati dengan Caleg Opportunis. Berikan suara anda pada parpol dan figur yang mampuh dan sungguh-sungguh berjuang dan membela hak-hak warga negara.
Masukan untuk para Caleg. Silahkan maju. Ruang terbuka untuk kalian. Beban penderitaan rakyat terpikul dipundakMu. Jauhkan politik HITAM.
Bangun pendidikan politik yang baik terhadap Masyarakat biar Masyarakat mengerti realnya politik. Ingat, menjadi DPR/DPRD dan DPD bukan untuk mencari jabatan, bukan pula untuk mengumpulkan harta dan kekayaan.
Bukan pula sekedar sensasi atau bergaya.
Tetapi, menjadi DPR/DPRD dan DPD merupakan wujud totalitas pengabdian diri untuk masyarakat, bangsa dan negara dalam mencapai kesejahteraan bersama.
Selamat berjuang!
Oleh : Maximilianus Herson Loi (081337615176)
- Aktifis Muda Manggarai Timur Tinggal di Elar Selatan
- Koordinator Advokasi Hukum dan Kebijakan AMAN Flores Barat
- Politisi muda Manggarai Timur