KataJatim.com – Provinsi Jawa Timur cocok dijadikan proyek percontohan atau pilot project program pembangunan ekonomi perempuan secara nasional. Alasannya, program tersebut sesuai dengan prioritas pembangunan di Jatim. Ditambah lagi, kesetaraan gender juga mampu berjalan dengan baik di provinsi ini.
“Jika ingin membangun untuk dijadikan contoh, lebih baik diterapkan di daerah yang sudah siap, jangan di tempat lain yang belum siap. Jawa Timur sudah sangat siap untuk dijadikan pilot project pembangunan ekonomi perempuan” ujar Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, dalam sambutan selamat datang pada acara pembukaan Tanwir I ’Aisyiyah dengan tema “Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan, Pilar Kemakmuran Bangsa”, serta peresmian Gedung At-Tauhid Universitas Muhammadiyah oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla di Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jl Sutorejo No 59 Surabaya, Jumat lalu (19/1).
Pakde Karwo menambahkan, pembangunan ekonomi perempuan menjadi prioritas Pemprov Jatim, dengan salah satu implementasinya melalui program perekonomian berbasis keluarga yang dimotori oleh para ibu rumah tangga. Contohnya adalah Koperasi Wanita (KOPWAN), yang saat ini tercatatsebanyak 8.506 KOPWAN di Jatim.
“Kami memberikan hibah untuk pendirian KOPWAN diseluruh Jatim. Mereka bisa memilih jenis koperasi konvensional atau syariah. Lalu ada hibah untuk kelompok-kelompok fungsional, pertama Rp. 25 juta, kemudian jika berkembang, ditambah lagi Rp. 25 juta sampai Rp. 100 juta. Ini agar ekonomi wanita bisa berkembang” ujarnya.
Gubernur kelahiran Madiun ini menambahkan, Jatim juga mampu melaksanakan program pengarustamaan gender (PUG) dengan baik, perempuan berperan besar bagi kemajuan di Jatim. Hal ini dibuktikan dengan diraihnya penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya (APE) dari pemerintah pusat selama sepuluh kali berturut-turut.
APE sendiri adalah penghargaan yang diberikan kepada pemerintah daerah yang dinilai berhasil melaksanakan strategi pengarus utamaan gender,perlindungan anak dan pemberdayaan perempuan bidang ekonomi mandiri. “Jadi PUG di Jatim sudah bagus, kami siap untuk jadi pilot project pembangunan ekonomi perempuan” ujarnya.
Ekonomi Masa Depan
Dalam kesempatan ini, Wakil Presiden (Wapres) RI, HM Jusuf Kalla meminta sidang Tanwir I Aisyiyah 2018 di Surabaya ini dapat menghasilkan pemikiran dan mampu merumuskan tentang ekonomi di masa depan.
Menurutnya, masa depan adalah kehidupan yang baru dan penuh dengan inovasi, khususnya di bidang Teknologi Informasi (TI). Karena itu, Aisyiah diharapkan mampu mengikuti perkembangan jaman dan teknologi agar bisa bersaing dan memenangkan tantangan tersebut.
Ditambahkan, perempuan di era sekarang banyak yang mencapai kesuksesan dalam membangun perekonomian. Agar semakin berhasil, perempuan juga harus mengikuti perkembangan ekonomi berbasis teknologi. “Sekarang ekonomi sangat berkembang, mau makan mau minum tinggal pesan lewat handphone, semua lewat e-commerce, mau pesan barang atau sesuatu lewat aplikasi online,” tambahnya.
Selain itu, Wapres Jusuf Kalla juga mengapresiasi misi Universitas Muhammadyah yang mengedepankan morality, intelektual, dan enterprenuership dalam mendidik mahasiswanya guna menghadapi tantangan ekonomi di masa datang. Sebab, ke depan lulusan perguruan tinggi harus bisa berinovasi yang mengandalkan profesionalisme dan enterprenuership yang didukung oleh para alumninya.
Jihad Ekonomi Perempuan
Dalam kesempatan ini, Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantin, menjelaskan tema yang diangkat dalam Tanwir kali ini adalah “Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan, Pilar Kemakmuran Bangsa”. Tema bertujuan mendorong semangat jihad ekonomi perempuan.
“Aisyiyah dengan potensi perempuan yang dimiliki ingin meneguhkan dan meluaskan gerakan jihad ekonomi perempuan, demi terwujudnya kemajuan ekonomi di Indonesia,” katanya.
Ditambahkan, untuk mendorong semangat jihad ekonomi perempuan ini bukan perkara yang mudah. Karena itu, Aisyiyah dimintanya untuk terus berupaya bersinergi dengan pemerintah dan lembaga negara, serta dengan pihak swasta.
Tanwir yang digelar kali ini, lanjutnya, diharapkan benar-benar mampu membangkitkan semangat lebih agar perempuan mampu berkiprah lebih luas dalam memajukan kehidupan bangsa lewat pemberdayaan ekonomi. Apalagi berdasarkan realitas di lapangan, permasalahan ekonomi masih menimbulkan keprihatinan baik bagi pemerintah maupun organisasi, termasuk Aisyiyah.
“Jadi dalam Tanwir ini juga akan dibahas solusi untuk masalah kemiskinan, kesenjangan ekonomi, serta masih tajamnya penguasan air, bumi, dan isinya yang belum sesuai sepenuhnya dengan mandat konstitusi,” kata Noordjannah.
Penyelesaian masalah itu, lanjut Siti Noordjannah, selain menjadi tanggung jawab pemerintah, juga menjadi tanggung jawab organisasi, termasuk Aisyiyah. Apalagi, perempuan menurutnya memiliki peran yang luar biasa dalam upaya memperbaiki perekonomian di negeri ini.
“Terbukti saat krisis moneter tahun 1998, yang bisa bertahan dan menyelesaikan permasalahan ekonomi di rumah-rumah itu kan perempuan. Banyak laki-laki kehilangan pekerjaan, tapi perempuan masih bisa memperbaiki dengan mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan,” katanya. (jchjt)