Anomali Cuaca dan Penyakit Ulat Berdampak Turunnya Produktivitas Bawang Merah di Dringu

Daerah Ekbis Pengusaha Trending Now

KataJatim.com – Probolinggo – Awal bulan Agustus membawa warna tersendiri bagi warga di Dringu, Kabupaten Probolinggo dimana awal panen Bawang merah. Namun panen tahun kali ini tidak sebagus dan tidak sebesar volumenya seperti tahun tahun sebelumnya  karena  ada beberapa alasan.

Hal tersebut disampaikan oleh beberapa petani  yang kami himpun di lapangan.

Seperti yang disampaikan oleh Sutarman Efendi, panen kali ini tidak seramai tahun lalu baik itu hasil maupun jumlah petani yang semakin berkurang.

Ada beberapa factor yang membuat para petani mulai meninggalkan  menanam bawang merah di Dringu Probolinggo yang berdamapak menurunnya total produktivitas jumlah bawang merah.

“Iklim yang tidak menentu masih berpengaruh yang berdampak hilang hasil panen bawang merah sampai 50 persen,” ungkap petani yang juga kepala Pasar bawang merah Dringu ini.

Menurutnya selain hasil yang kurang maksimal akibat iklim yang anomaly ini juga munculnya berbagai macam penyakit bawang merah.

“Muncul berbagai macam penyakit seperti banyaknya ulat dan virus pada tanaman bawang merah ini yang membuat petanai enggan meneruskan menananm bawang merah,” ujar Sutaman.

“Untuk awal musim panen kali ini gerakan hasil panen bawang merah di pasar Bawang Merah Dringu, bekisaran 150-170 ton perhari, berbeda dengan tahun kemarin bisa mencapai 200-250 ton perharinya,” terang Sutaman.

Ketika dari media ini turun ke lapangan di desa Taman Sari melihat kondisi tanaman yang memprihatinkan dengan diserang penyakit baik itu di daun maupun di akar pada umbi bawang merah yang diserang seperti ada bercak putih pada daun serta tangkai sampai ke bawangnya.

Hal tersebut disampaikan oleh petani Rudi dan Andi yang asli dari desa Taman Sari, bahwa penyakit yang muncul itu berkibat kerugian pada hasil bawangnya yang jangankan hasil untuk kembalikan modal aja sangat tidak mungkin.

“ Sekarang ini angia semestinya bagus namun virus dan penyakit tanaman  menyerang begitu ganas, ketika siang dilihat ada bercak putih ketika di besok nya diliat langsung sebagaian, “ terang Rudi.

Dikatakannya, ada penyakit di akar. Dan ada yang dr daun. Akar ada putih dan daun koman alias kuman bakteri.

Otomatis tidak berharap hasil panen nya bisa bagus. Dan kalau diobatin pun mahal obatnya.

Menurutnya, kalau pemerintah tidak hadir membantu petani bawang merah terrkait harga obat dan masalah harga pupuk akan sulit bagi petani enggan untuk menanam bawang merah untuk musim tanam berikut.

Harapan Petani bawang merah Rudi maupun Andi, mereka meminta agar pemerintah menyediakan obat untuk penyakit tanaman lebih murah, serta  penyuluhan dari pemerintah.

“Sekarang petani banyak yang kompong alias hancur. Sementara ongkos buruh tani naik dari dulu 35 ribu naik 50 ribu setengah hari, obat mahal, pupuk mahal, namun harga panen bawang merah murah,” ungkap  Andi.

Menurutnya Petani anjlok semua modal gak ada, harga gak stabil, pupuk obat dan obat tanaman mahal, buruh per hari, 50 rb jam 6-12 selesai, sehingga berpikir untuk menananm bawang merah lagi.

“Kami lebih baik menanam jagung untuk musim yang akan datang dan biaya dan perawatan lebih mudah daripada bawang merah,” pungkasnya. al


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *