KataJatim.com – BANYUWANGI – Kabupaten Banyuwangi terus mengembangkan destinasi wisata pantainya lewat Festival Udang di Atas Batu, Banyuwangi ingin mengenalkan wisata Pantai Ria Bomo, Kecamatan Blimbingsari. Pantai ini akan dijadikan pusat kuliner udang dengan berbagai menu. Seperti udang bakar, sate udang, pepes udang, oseng udang hingga udang geprek.
Festival Udang di atas Batu digelar Kamis, (24/10/2019) di Pantai Ria Bomo, Desa Bomo, Kecamatan Blimbingsari, dibuka Wakil Bupati Banyuwangi, Yusuf Widyatmoko.
Festival ini berlangsung meriah. ratusan pengunjung yang hadir disuguhkan deretan kuliner udang dengan berbagai olahan udang dan disuguhkan di atas cowek batu. Sebut saja, udang bakar, sate udang, pepes udang, oseng udang, udang geprek, bakso udang hingga botok udang.
Aroma khas udang pun pun meruak di sekitar lokasi. membuat para pengunjung tak sabar ingin segera mencicipi udang yang diolah oleh masyarakat sekitar.
Wabup Yusuf mengatakan, festival ini digelar untuk mengenalkan destinasi bahari di pesisir Blimbingsari, yang dilengkapi dengan kuliner udang. Selama ini orang kan tidak tahu Banyuwangi cukup banyak memiliki produksi udang.
“Dengan dibukanya festival ini secara otomatis, menjadi identitas baru Banyuwangi memiliki destinasi wisata yang menyuguhkan kuliner khas udang. Wisatawan yang ingin menikmati olahan udang yang fresh bisa datang ke Pantai Ria Bomo,” kata Yusuf.
Udang Banyuwangi sejak tahun 1980 produksi udangnya luar biasa dan telah ekspor ke Jepang dan Taiwan. Produksi udang di Banyuwangi sendiri kata Wabup cukup tinggi, tahun 2018 ini tercatat 19.500 ton produksi udang. Sementara luas tambak udang yang ada di Banyuwangi memiliki luas 1.300 hektar.
Dalam kesempatan itu Yusuf juga ikut memanen udang yang ada di tambak sekitar Pantai Ria Bomo bersama pemilik cold storage, kelompok pembudaya ikan (popdakan), kelompok pengolah dan pemsar ikan (poplaksar) dan kelompok shrimp club indonesia (SCI) Kabupaten Banyuwangi.
Festival Udang di atas Batu ini dibuka dengan tarian khas Banyuwangi cunduk menur dan dilanjutkan dengan demo kuliner udang di atas batu cobek. Sedikitnya ada 30 peserta yang menyajikan berbagai menu olahan udang.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Hary Cahyo P, menambahkan, festival ini sengaja digelar untuk mengenalkan masyarakat tentang wisata Ria Bomo yang menyuguhkan kuliner udang dengan beragam olahan yang disajikan di atas batu cobek.
“Dengan dibukanya festival ini maka seluruh masyarakat yang ada di pantai ini telah bisa menyajikan menu udang olahan hasil tangkapan sendiri,” kata Hary.
Mereka ini, kata Hary, sebelumnya telah dilatih oleh Dinas Perikanan yang bekerja sama dengan Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Bangsring cara mengolah ikan adan udang dengan higienis. “Pesertanya rata-rata istri nelayan, kader PKK desa dan kelompok pemilik tambak. Kita ajarkan bagaimana membuat diversifikasi usaha. Tak hanya menjual ikan dan udang dalam bentuk mentah, tapi diedukasi bagaimana udang di branding secara higienis,” tutur Hary.
Tak hanya dilatih sekedar membuat olahan udang saja, tapi mereka juga diajari bagaimana menjadikan masakan udangnya berkualitas. Mulai dari cara membersihkannya, membumbui hingga menyajikan makanan ala restoran. “Dan yang pasti, mereka juga kami ajarkan bagaiman memilih yang bagus,” kata hary.
Selain itu, kata Hary, masyarakat juga dikenalkan budidaya udang yang ramah lingkungan. Festival ini lanjut dia, diawali dengan penanaman pohon cemara udang di sekitar pantai Ria Bomo. Pelepasan tukik, menebar ikan nila dii muara sungai dan pelatihan pengolhan ikan, lomba memasak ikan di atas lemper batu. (*)