KataJatim.com – SURABAYA – Kamis, (27/07). Prolog revolusi Bung Karno, membangun infrastruktur kemerdekaan bangsa Indonesia, demi terciptanya kehidupan yang bermartabat. Berlanjut dengan agenda pergerakan konservatif, guna merawat keutuhan dan kemakmuran bangsa Indonesia.
Berkepribadian dalam theisme, budaya, dan ekonomi. Pesan bersifat konkrit dari Bung Karno, sebagai wahana merdeka berfikir dan berpendapat bagi bangsa Indonesia, terutama bagi generasi penerus bangsa.
Kendati demikian gempuran ideologi radikal mengguncang stabilitas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Krisis kemanusiaan mengguyur deras kehidupan masyarakat Indonesia.
Paceklik empati melanda generasi milenial negri ini, dikarenakan lemahnya filtrasi budaya asing, serta menjamurnya tuntutan eksklusif, sehingga memaksa kehendak pemuda untuk selalu menerapkan gaya hidup konsumtif.
Derasnya arus global, enggan menyurutkan sikap toleran dalam kehidupan plural. Akan tetapi, pasar global dengan sengaja menghimpit kamandirian ekonomi negara ini. Bung Karno mencetuskan tiga pondasi gagasan sebagai kesejahteraan bangsa Indonesia.
Nasionalisme, Agama, dan Komunis. Sikap politik yang relevan dengan demokrasi terpimpin, menjunjung keharmonisan antar suku, agama, dan ras.
KOMPILASI GAGASAN
Setapak wujud pemikiran Bung Karno sangat layak terealisasikan demi kehidupan bangsa Indonesia yang berdikari. Demokrasi menyuburkan suara rakyat, untuk berpartisipasi penuh dalam mengkontruksi basis ekonomi, sosial, budaya, direalisasikan guna mengisi agenda pasca kemerdakaan.
Kongsi positif antar suku dan umat beragama, menumbuhkan rasa simpati terhadap kharismatik Bung Karno yang berpegang teguh terhadap nasib rakyat cilik.
Nasionalisme, memproteksi ruang gerak bangsa Indonesia, dari komoditas asing yang gemar mematahkan kekuatan persatuan bangsa.
Toleransi, mengumandangkan asas kekeluaragaan antar umat beragama, saling melindungi dan menghormati saat menjalankan ibadah, berbagi berkat dari Tuhan yang menurunkan sautu berkah kesuburan dan hasil laut yang sangat melimpah.
Komunisme, membina perekonomian yang berdaulat, sepenuhnya dikendalikan dan terbagi rata oleh pribumi. Menjunjung praktik musyawarah, sehingga melahirkan kebijakan kemakmuran rakyat secara kolektif. Alhasil implementasi Nasakom, dapat menghindarkan rakyat dari cambukan borjuasi.
SIKAP BERJARING
Interaksi antar individu baik verbal maupun non verbal, merupakan sarana utama dalam suatu peradaban. Peradaban madani mengilhami akan wujud inovasi positif, yang menggerakkan masyaraknya untuk melaju beriringan dengan moral dan etika yang telah disepakati.
Pesatnya perkembangan zaman, berbagai karakter dan beribu kepentingan, melekat terhadap kehidupan masyarakat yang terakomodir oleh suatu interaksi digital.
Mengadopsi pemikiran Manuel Castells, jaringan adalah morfologi sosial baru dari masyarakat. Definisi konkrtinya, sebuah masyarakat dimana kunci dari struktur sosial dan kegiatan – kegiatannya diatur jaringan informasi yang diproses oleh alat elektronik. Jaringan telah menjadi unit dasar dari masyarakat modern.
Melesatnya sosial media menjadi ruang komunikasi yang instan, membuat masyarakat tergiur akan metode interaksi yang terbingkai oleh sosial media.
Sehingga beberpa oknum yang tidak bertanggung jawab, sengaja meretakkan persatuan bangsa melalui konten ujaran kebencian yang tersaji dalam sosial media.
Ruang transaksi informasi yang dihinggapi gerakan distruktif, menanam bibit radikalisme terhadap paradigma masyarakat. Dalam menanggulangi problematika Gerakan sosial baru pada rana digital, masyarakat perlu pengawalan ideologi dasar negara Indonesia.
Wujud tiga pondasi pemikrian Bung Karno, Nasakom sangat wajar untuk memproteksi bangsa Indonesia sebagai pengguna sosial media. Maka dari itu penerapan nilai – nilai Pancasila juga patut terealisasi dalam dunia digital. Bijak menggunakan sosial media, mencerminkan masyarakat madani yang terformat dalam interaksi digital.
Oleh : Irfan Ibnu (Alumni Ilmu Politik Universitas Wijaya Kusuma) +62 822-3136-9566