Permasalahan Bagi Pengusaha, Menciptakan Produk Yang Yakin Keren Dan Menjual Produknya

Ekbis

SURABAYA – Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menggelar demoday Food Startup Indonesia (FSI) di Ballroom Hotel Ciputra World Surabaya. Bekraf membekali 93 pengusaha rintisan (startup) subsektor kuliner sebagai finalis FSI 2018 pengetahuan untuk mendapatkan investor dengan talkshow dan mentorship.

 

Bekraf menghadirkan narasumber dari investor, chef, serta founder sukses di bidang kuliner pada talkshow. Pelaku industri kuliner yang sudah berpengalaman menjadi mentor untuk 93 finalis FSI 2018 saat sesi mentoring.

 

Deputi Akses Permodalan Bekraf, Fadjar Hutomo memberikan materi tentang program kedeputian Bekraf untuk pelaku ekonomi kreatif. Selain itu, Fadjar Hutomo menginformasikan produk lokal yang dibuat oleh perusahaan global yang menjadi tantangan startup Indonesia. Fadjar Hutomo menuturkan, “Lokalisasi yang dilakukan oleh perusahaan global. Nilai lokal yang dimasukkan di produk global adalah salah satu pesaing anda.”

 

Fadjar Hutomo menambahkan bahwa 6000 Triliun pembiayaan berada di perbankan. Sedangkan pembiayaan non perbankan hanya 12 Triliun. Investor adalah salah satu sumber pembiayaan non perbankan yang bisa diakses oleh startup untuk mengembangkan bisnis mereka.

 

Bekraf mengundang Christopher Angkasa untuk menjelaskan sudut pandang investor dalam berinvestasi. Chris mengungkapkan hal pertama yang dibutuhkan saat membangun perusahaan adalah kesepakatan pendiri perusahaan untuk manajemen perusahaan dan menghindari konflik. Ia menambahkan bahwa pemegang saham dan founder memerlukan transparansi yang tercermin dari laporan keuangan yang diinformasikan minimal sekali dalam satu tahun.

 

Chris juga menjelaskan bahwa startup bisa memaksimalkan peran kebudayaan, komunitas, kolaborasi, dan kompetisi dalam mengembangkan bisnis mereka. “Perhatikan kompetisi anda, untuk menilai business model saya melihat kompetisi. Kita sengaja mengecilkan market kita, saat growth sudah besar kita bisa bertemu di tengah, expand product. So, basis kalian harus kuat dulu,” pungkas Chris.

 

Chef Hugo menambahkan, “FSI adalah ajang untuk menjadi produk yang bersaing di mata investor dan mendapatkan investor. Produk yang menjawab konsumen. Jika hanya lifestyle bisnis tidak akan bertahan lama.”

 

Chef Hugo juga menjelaskan dua jenis produk, yaitu komoditas dan produk jadi. Ia menekankan produk yang dihasilkan harus produk yang dibutuhkan pasar. Produk diciptakan atas dasar solusi atas permasalahan konsumen.

Chef Hugo mengungkapkan produk pemenang adalah produk komoditas. Hal ini dikarenakan investor lebih mudah menangani produk komoditas, kemudahan export, dan peminat banyak karena bisa dijadikan komoditas lain.

 

Bekraf turut mengundang founder berpengalaman di bidang kuliner untuk membagikan ilmunya kepada para finalis FSI 2018. Fajar Handika menjelaskan lean canvas dalam menjalankan bisnis yaitu pentingnya perencanaan bisnis.

 

“Kita tidak bisa membuat sesuatu tanpa rencana. Sesuatu tanpa rencana sama saja merencanakan untuk gagal,” kata Handika.

 

Menurut Handika, permasalahan pengusaha adalah membuat produk yang yakin keren dan menjual produk tersebut. Sejalan dengan penjelasan Chef Hugo, Handika setuju bahwa mengetahui kebutuhan konsumen lebih utama sebelum menghasilkan produk.

 

Selain menjawab kebutuhan konsumen, brand juga dibutuhkan pada produk. Co Founder What Not Innovation Consulting, Matas Danielevicius yang memberikan materi terkait trend kulier, ekosistem kuliner, sekaligus pengaruhnya mengungkapkan bahwa brand bukan sekedar gambar maupun nama biasa. Tetapi, brand bisa digunakan untuk menginformasikan produk. “Jika anda ingin melindungi nilai produk anda adalah dengan membuat brand yang kuat,” ucap Matas.

 

Setelah paparan, Matas bersama dengan Ronny Martien yang memberikan materi terkait perlindungan produk makanan menjawab pertanyaan finalis FSI 2018.

 

Pada sesi mentoring yang dilaksanakan bersamaan dengan talkshow, para mentor yang berasal dari pakar industri kuliner memberikan pendapat kepada finalis FSI 2018 terkait paparan mereka. Hal yang paling sering disebut mentor untuk diperhatikan oleh para finalis adalah production cost, revenue, dan permintaan besaran investasi.

 

Bonnie Susili, salah satu mentor dari Foodlab Indonesia mengungkapkan bahwa mentor memberikan pendapat yang bermanfaat untuk finalis FSI 2018 dalam usaha mendapatkan investor. Nantinya, 30 startup kuliner akan berkesempatan pitching dihadapan investor dan berpeluang menjadi top three FSI 2018.

Rilis : Badan Ekonomi Kreatif (+62 857-2566-8833) Rabu, (01/08/2018).

Red : Arianto


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *